ArticlePDF AvailableAbstractUdang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Produktivitas dari komoditas ini dapat mencapai lebih dari kg/ha dengan permintaan yang selalu meningkat di kalangan masyarakat. Praktek Kerja Lapang PKL ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai teknik pembesaran udang vaname. Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk pada tanggal 20 Januari sampai 21 Februari 2017. Lokasi tambak tersebut yaitu di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Metode kerja yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode tersebut meliputi wawancara, pengamatan, dan partisipasi aktif selama proses kegiatan pembesaran udang vaname. Data yang terkumpul terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer berupa pertumbuhan udang vaname, kualitas air, serta pemberian pakan selama proses budidaya. Sedangkan data sekunder berupa hasil studi data literatur mengenai teknis pembesaran udang vaname. Selain itu, data sekunder juga bisa diambil berdasarkan dokumen pendukung mengenai sejarah berdirinya, struktur organisasi, sarana dan prasarana budidaya. Kegiatan pembesaran udang vaname Litopenaeus vannamei selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pemasaran. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 70 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei PADA TAMBAK PENDAMPINGAN PT CENTRAL PROTEINA PRIMA Tbk DI DESA RANDUTATAH, KECAMATAN PAITON, PROBOLINGGO, JAWA TIMUR Enlargement Technique of Vannamei Shrimp Litopenaeus vannamei on Mentoring Pond of PT Central Proteina Prima Tbk in Randutatah Village, Paiton, Probolinggo, East Java Muhammad Ghufron1*, Mirni Lamid2, Putri Desi Wulan Sari2 dan Hari Suprapto2. 1Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya 2Departemen Manajemen Kesehatan Ikan dan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya * Abstrak Udang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Produktivitas dari komoditas ini dapat mencapai lebih dari kg/ha dengan permintaan yang selalu meningkat di kalangan masyarakat. Praktek Kerja Lapang PKL ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai teknik pembesaran udang vaname. Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk pada tanggal 20 Januari sampai 21 Februari 2017. Lokasi tambak tersebut yaitu di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Metode kerja yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode tersebut meliputi wawancara, pengamatan, dan partisipasi aktif selama proses kegiatan pembesaran udang vaname. Data yang terkumpul terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer berupa pertumbuhan udang vaname, kualitas air, serta pemberian pakan selama proses budidaya. Sedangkan data sekunder berupa hasil studi data literatur mengenai teknis pembesaran udang vaname. Selain itu, data sekunder juga bisa diambil berdasarkan dokumen pendukung mengenai sejarah berdirinya, struktur organisasi, sarana dan prasarana budidaya. Kegiatan pembesaran udang vaname Litopenaeus vannamei selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pemasaran. Kata kunci Udang Vaname, Tambak, Pakan, Kualitas Air, Hama dan Penyakit Abstract Vannamei Shrimp Litopenaeus vannamei is one of the fisheries commodities which have a high economic value. Productivity of this commodity can reach over kg/ha. The objective of this internship is to acquire knowledge and experience about enlargement technique of vannamei shrimp. The intersnship was held in mentoring pond of PT Central Proteina Prima Tbk on January 20 until February 21, 2017. The location of that pond was in Randutatah Village, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. The method used during the internship was the descriptive method. The descriptive method included an interview, an observation, and an active participation during the enlargement process of vannamei shrimp. The collected data from that method were the primary data and the secondary data. The primary data involved the shrimp growth, water quality, and feeding management during the aquaculture process. The secondary data involved the result of some literature studies about the technique of shrimp enlargement. The secondary data were also collected from the support document about the company history, organization structure, and facilities in shrimp aquaculture. The activity of vannamei shrimp rearing culture during the internship included covering pond preparation, shrimp stocking, feed and water quality management, pest and disease control, harvesting, and marketing aspect. Keywords Vannamei Shrimp, Pond, Feed, Water Quality, Pest and Disease PENDAHULUAN Udang merupakan salah satu komoditas ekspor dari sub sektor perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu jenis udang yang permintaannya cukup tinggi baik di dalam Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 71 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 maupun luar negeri yaitu udang vaname Litopenaeus vannamei. Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan perki-raan kebutuhan udang vaname di Jepang ton/tahun, Amerika Serikat sebesar ton/tahun dan Uni Eropa ton/tahun. Dijelaskan oleh Direktorat Jendral Perika-nan Budidaya pada tahun 2013, Indonesia baru memproduksi udang vaname sebesar ton/tahun. Hasil tersebut belum mencukupi semua kebutuhan pasar dunia, maka pada tahun 2014 target produksi udang vaname ditingkatkan menjadi ton/tahun agar dapat memenuhi kebutuhan pasar tersebut Erlando et al., 2015. Di Indonesia, keberadaan udang vaname sudah bukan hal yang asing lagi karena keunggulan-keunggulan yang dimi-liki oleh udang introduksi tersebut telah berhasil merebut simpati para pembu-didaya, sehingga sejauh ini keberadaannya dinilai dapat menggantikan spesies udang windu Penaeus monodon sebagai alter-natif kegiatan diversifikasi usaha yang positif. Udang vaname secara resmi diper-kenalkan pada masyarakat pembudidaya pada tahun 2001 setelah menurunnya produksi udang windu karena berbagai masalah yang dihadapi dalam proses pro-duksi, baik masalah teknis maupun non teknis Subyakto et al., 2008. Berdasarkan penelitian Boyd dan Jason 2002, produktivitas udang vaname dapat mencapai lebih dari kg/ha. Komoditas ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan spesies udang lainnya, antara lain lebih mampu beradaptasi terhadap kepadatan tinggi, tahan terhadap serangan penyakit, dapat hidup pada kisaran salinitas 5 hingga 30 ppt, serta mempunyai tingkat survival rate SR atau kelulushidupan dan konversi pakan yang tinggi. Dalam proses budidaya udang vaname, dibagi menjadi 3 sektor kegiatan, yakni pembenihan, pendederan, dan pem-besaran. Kegiatan pembesaran udang vaname sendiri meliputi persiapan tambak, pemilihan dan penebaran benur, pemeli-haraan kualitas air, pengelolaan pakan dan pengendalian penyakit, hingga panen. Oleh sebab itu, agar dapat lebih memahami serangkaian kegiatan dari salah satu sektor tersebut, diperlukan pelaksanaan praktek kerja lapang mengenai teknik pembesaran udang vaname di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk. METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk yang terletak di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 20 Januari-21 Februari 2017. Metode Penelitian Metode kerja yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif. Sedangkan pengambilan data dilakukan dengan proses observasi atau pengamatan langsung. Disamping itu, dapat dilakukan juga melalui wawancara dengan pihak terkait dan partisipasi aktif selama proses pelak-sanaan budidaya. Data yang terkumpul meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pema-nenan, dan pemasaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Tambak Sebelum dilakukan penebaran, tambak beton yang merupakan wadah pembesaran udang vaname dicuci dengan menggunakan air tawar. Pencucian terse-but dimaksudkan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada dasar dan dinding tambak yang berpotensi membawa hama dan penyakit selama proses budi-daya. Tambak yang sudah bersih tersebut kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari dengan tujuan untuk membunuh sisa-sisa organisme dan menguapkan bahan organik beracun yang ada di dasar Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 72 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 tambak. Selama proses pengeringan, pemasangan CPD Crab Protecting Device dapat dilakukan untuk mencegah masuknya hewan-hewan yang merupakan hama dan agen pembawa penyakit, terutama kepiting. Setelah itu, tambak diisi dengan air yang berasal dari sumur bor air asin sampai ketinggian 120 cm. Sebelum pengisian air, pengaturan lokasi kincir dapat dilakukan. Upaya yang dilakukan untuk membasmi crustacea yang terdapat dalam air yaitu dengan penggunaan krustasida yang mengandung dichlorvos. Erdogan et al. 2007 menyatakan bahwa dichlorvos 2,2-dichlorovinyl dimethyl phosphate; DDVP dapat membunuh crustacea dengan cara menghambat akti-vitas enzim asetilkolinesterase AChE. Krustasida ini diaplikasikan dengan cara langsung ditebar ke tambak pada pagi hari dengan konsentrasi 1 ppm. Kincir air dapat digunakan agar krustasida dapat tersebar secara merata. Pada hari berikutnya, cupri sulfat dapat diberikan sebagai algasida. Cupri sulfat dapat menekan pertumbuhan alga dengan cara menghambat proses fotosin-tesis dan fosforilasi oksidatif pada rantai transportasi elektron Pradeep et al., 2015. Kadar cupri sulfat tergantung pada nilai alkalinitas air tambak. Semakin tinggi alkalinitas, maka semakin tinggi pula dosis cupri sulfat yang diberikan. Setelah 24 jam, perlakuan selanjutnya yaitu pembe-rian kaporit dengan dosis 30 ppm. Tujuan dari pemberian kaporit adalah sebagai upaya sanitasi air yang dapat membunuh bakteri dan mikroorganisme lain yang merupakan bahan pencemar. Disamping itu, kaporit juga dapat mengoksidasi zat besi yang apabila konsentrasinya terlalu tinggi dapat membahayakan kelangsungan hidup udang vaname Azzahrah dan Andi, 2014. Selain proses sterilisasi, penum-buhan mikroorganisme dan plankton juga perlu dilakukan dalam kegiatan persiapan tambak sebelum dilakukan penebaran udang vaname. Kegiatan ini dapat dilaku-kan tiga hari setelah aplikasi pemberian kaporit. Bahan yang digunakan sebagai nutrisi mikroorganisme dalam perairan yaitu dedak sebanyak 3 ppm, fermipan mengandung Saccharomyces cerevisae dan antioksidan 15 gr/kg dedak, dan air. Perbandingan air dan dedak yang digunakan yaitu 11. Setelah dicampur hingga merata, ketiga bahan tersebut disimpan dalam ember tertutup selama 48 jam agar dapat terjadi proses fermentasi. Sebelum ditebar ke tambak, hasil fermentasi tersebut diperas agar diperoleh airnya saja, sedangkan substratnya dibuang. Penebaran hasil fermentasi terse-but dapat dilakukan pada pagi hari dan diikuti dengan pemberian probiotik pada satu jam selanjutnya. Probiotik tersebut merupakan starter dari beberapa species bakteri, seperti Bacillus sp., Pseudomonas sp., Nitrosomonas sp., Aerobacter sp., dan Nitrobacter sp. Penebaran Benur Ukuran udang vaname yang siap ditebar ke tambak yaitu PL10. Sebelum benur dipindahkan dari dalam kantong plastik ke tambak, benur perlu diaklima-tisasi terlebih dahulu. Andriyanto 2013 menyatakan bahwa aklimatisasi benur dimaksudkan untuk mencegah tingginya tingkat kematian mortalitas benur pada saat dan setelah penebaran. Aklimatisasi terhadap suhu dapat dilakukan dengan cara merendam kantong plastik yang telah berisi benur dalam keadaan tertutup hingga muncul adanya uap di dalam kantong plastik tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa suhu di dalam kantong plastik sudah sama dengan suhu air tambak. Setelah itu, aklimatisasi terhadap salinitas dapat dilakukan dengan cara memasukkan air tambak sedikit demi sedikit ke dalam kantong plastik yang telah berisi benur tersebut hingga penuh dan benur dapat keluar dengan sendirinya. Kegiatan penebaran benur dapat dilakukan pada pagi atau sore hari bersamaan dengan penebaran Artemia sebagai pakan alami benur tersebut. Lokasi penebaran benur Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 73 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 berada di titik yang berarus lemah agar benur tidak stress, sedangkan lokasi penebaran Artemia berada di dekat kincir agar Artemia tersebut dapat tersebar secara merata. Manajemen Pakan Pakan yang diberikan selama pro-ses pembesaran udang vaname yaitu pakan berupa crumble/remahan. Hal ini disebabkan karena ukuran bukaan mulut udang vaname yang masih relatif kecil. Pada awal bulan pertama, pemberian pakan dilakukan dengan menggunakan metode blind feeding. Metode blind feeding merupakan metode menentukan dosis pakan udang dengan memperkirakan dosis yang diperlukan tanpa melakukan sampling berat udang. Jumlah pakan awal yang diberikan setiap ekor benur yaitu sebanyak tiga kilogram. Pada umur 1-10 hari, penambahan pakan perharinya sebanyak 200 gram, 11-20 hari sebanyak 400 gram, dan 21-30 hari sebanyak 600 gram. Setelah itu, pada bulan selanjutnya pemberian pakan disesuaikan dengan biomassa udang dan dikontrol dengan menggunakan indikator skor cek anco. Aplikasi pakan tambahan juga diterapkan pada pemeliharaan udang vaname. Pakan tambahan yang dimaksud, antara lain vitamin C, omega protein, dan probiotik. Sampling dilakukan satu minggu sekali untuk mengetahui berat rata-rata dan biomassa udang vaname sehingga jumlah pakan harian udang vaname dapat diten-tukan. Selain itu, hasil sampling juga dapat digunakan untuk memantau laju pertumbuhan berat dan menduga rasio konversi pakan FCR sementara udang vaname. Berikut rumus perhitungan laju pertumbuhan berat Jaya dkk., 2013 dan FCR Ridlo dan Subagiyo, 2013 pada pemeliharaan udang vaname. Manajemen Kualitas Air Kualitas air memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya karena dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kecepatan pertumbuhan udang vaname. Oleh sebab itu, kualitas air perlu diperhatikan secara intensif. Menurut periodenya, pemeriksaan kualitas air terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan setiap hari dan setiap minggu. Parameter kualitas air yang diukur setiap hari dianta-ranya suhu, kecerahan, salinitas, dan pH. Pengukuran parameter-parameter tersebut dilakukan pada pagi dan sore hari. Sedangkan parameter yang diukur setiap minggu yaitu kesadahan, alkalinitas, nitrit, TAN Total Ammonia Nitrogen, TOM Total Organic Matter, serta jumlah plankton dan bakteri. Suhu air yang didapat dari pengu-kuran di tambak pembesaran udang vaname adalah berkisar pada 28-31º C. Suhu air tersebut masih merupakan suhu yang optimal bagi kehidupan udang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kharisma dan Manan 2012 bahwa suhu optimal yang diperlukan oleh udang vaname yaitu berkisar antara 28-32 °C. Pada kisaran suhu tersebut proses metabolisme dapat berjalan dengan baik sehingga kelangsu-ngan hidup dan pertumbuhan udang diha-rapkan dapat optimal. Kecerahan pada tambak udang vaname berkisar antara 15-35 cm. Menurut Malik 2014, kecerahan optimal air tambak yaitu sekitar 20-40 cm. Oleh sebab itu, apabila kecerahan air tambak di bawah 20 cm, maka upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pengenceran terhadap air tambak hingga didapatkan kecerahan yang optimal untuk menunjang kehidupan udang budidaya. Rahmawati dkk., 2014 menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai kecerahan yaitu keadaan cuaca, padatan tersuspensi, waktu pengukuran, dan keteli-tian orang yang melakukan pengukuran. Nilai salinitas air tambak yang didapat selama kegiatan PKL yaitu 9-17 ppt. Salinitas air sangat erat hubungannya dengan proses osmoregulasi yang terdapat pada organisme perairan. Udang vaname termasuk organisme euryhaline yang mampu beradaptasi pada kisaran salinitas yang sangat luas, yakni 1-40 ppt. Namun, Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 74 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal, udang vaname membutuhkan salinitas 15-25 ppt Malik, 2014. Oleh sebab itu, salinitas air tambak perlu dinaikkan agar tidak berada di bawah kisaran optimal selama proses budidaya. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menambah air bersalinitas tertentu yang sudah disterilisasi. Kadar pH yang diukur selama kegiatan PKL berada pada kisaran pH yang optimal, yakni 7,7-8,4. Menurut Malik 2014, pH air tambak yang ideal untuk pembesaran udang vaname yaitu 7,5-8,5. Pada umumnya, pH air tambak pada sore hari lebih tinggi daripada pagi hari. Hal ini disebabkan pada sore hari telah terjadi penyerapan karbondioksida CO2 oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis. Sedangkan pada pagi hari kadar CO2 hasil respirasi udang vaname dan organisme lain dalam perairan cukup tinggi. Alkalinitas merupakan gambaran dari kapasitas air yang dapat menetralkan asam atau kuantitas anion air untuk menetralkan kation hidrogen serta sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan Djokosetiyanto dkk., 2005. Selama kegiatan PKL dilaksanakan, nilai alkalinitas air tambak yaitu berkisar 137,31-160 ppm. Menurut Kilawati dan Yunita 2014, nilai alkalinitas yang optimal untuk pemeliharaan udang vaname yaitu 100-150 ppm. Oleh sebab itu, pada tambak ini dilakukan pengenceran agar nilai alkalinitas tidak di atas 150 ppm. Pada kegiatan budidaya, semakin bertambahnya umur udang, maka jumlah pemberian pakan semakin meningkat pula. Peningkatan jumlah pakan ini dapat memicu peningkatan bahan organik dan senyawa toksik, seperti nitrit NO2 dan amonia NH3. Selain berasal dari sisa pakan yang tidak terkonsumsi, kedua senyawa tersebut juga dapat berasal dari feses hasil ekskresi udang Wulandari dkk., 2015. Menurut Kilawati dan Yunita 2014, kadar NO2 dan NH3 yang optimal untuk pertumbuhan udang vaname yaitu di bawah 0,01 ppm, sedangkan batas tole-ransi untuk NO2 berkisar antara 0,01-0,1 ppm dan NH3 sekitar 0,01-0,2 ppm. Kadar NO2 dan NH3 pada tambak budidaya berada di luar nilai optimal, yaitu berturut-turut dapat mencapai 0,968 ppm dan 0,37 ppm. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan aplikasi probiotik yang mengandung bakteri nitrifikasi. Bahan Organik Total TOM menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri atas bahan organik terlarut, tersuspensi dan koloid. Bahan organik yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya perubahan kuali-tas air tambak dan mempengaruhi kehidu-pan biota tambak, terutama udang budi-daya. Kandungan bahan organik yang meningkat akan mengakibatkan mening-katnya unsur hara, menurunnya pH dan oksigen terlarut, serta peningkatan aktifi-tas biologi Suwoyo, 2011. Nilai TOM pada tambak berkisar antara 103,65-115,57. Kilawati dan Yunita 2014 menyatakan bahwa kamdungan TOM yang layak untuk kehidupan udang yaitu di bawah 55 ppm. oleh sebab itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandu-ngan TOM pada tambak yaitu dengan melakukan pergantian air dan penyiponan secara rutin. Keberadaan plankton di perairan dapat dijadikan sebagai indikator biologi untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Plankton terbagi menjadi dua golongan, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Plankton merupakan pakan alami bagi organisme perairan. Selain sebagai pakan alami, fitoplankton juga dapat menghasilkan oksigen terlarut melalui proses fotosintesis Makmur, 2011. Kepadatan bakteri Vibrio dan total bakteri secara umum berturut-turut yaitu 170-880 CFU/ml dan 7000-118000 CFU/ml. Angka tersebut masih dapat ditolerir dalam kegiatan budidaya udang vaname. Menurut Kharisma dan Manan 2012, ambang batas maksimal kebera- Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 75 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 daan bakteri Vibrio sp. dalam air adalah 104 CFU/ml, sedangkan batas maksimal bakteri umum di perairan adalah 106 CFU/ml. Jika ambang batas ini dilampaui maka kematian massal udang budidaya dalam tambak dapat terjadi. Hama dan Penyakit Pencegahan masuknya hama dan penyakit udang dilakukan sejak tahap persiapan tambak. Salah satu langkah yang dilakukan yaitu dengan memasang CPD Crab Protecting Device di bagian tepi tambak. Hal ini dimaksudkan agar kepiting tidak dapat masuk ke perairan budidaya. Selain sebagai hama yang dapat menjadi kompetitor udang dalam hal pakan, oksigen terlarut dan ruang gerak, kepiting juga dapat sebagai agen pembawa suatu penyakit, misalnya WSSV. Selain itu, upaya yang dilakukan untuk mencegah adanya hama dan penyakit yaitu dengan pemberian krustasida, cupri sulfat, kaporit dan probiotik yang telah dijelaskan pada subbab persiapan tambak. Panen Udang dapat dipanen setelah memasuki ukuran pasar 100-30 individu/ kg. Untuk mendapatkan kualitas udang yang baik, sebelum panen dapat dilakukan penambahan dolomit untuk mengeraskan kulit udang dengan dosis 6-7 ppm. Selain dolomit juga dapat menggunakan kapur CaOH2 dengan dosis 5–20 ppm sehari sebelum panen untuk menaikkan pH air hingga 9 agar udang tidak molting Malik, 2014. Pemasaran Para petambak biasanya sudah ber-komunikasi dengan calon pembeli sebelum dilakukan kegiatan pemanenan. Setelah mencapai kesepakatan harga, para pembeli akan berdatangan ke lokasi ketika proses pemanenan dilakukan dengan membawa styrofoam/cool box sendiri. Para pembeli udang vaname tersebut biasanya berasal dari Surabaya, Sidoarjo, dan Banyuwangi. Hambatan dan Kemungkinan Pengem-bangan Usaha Salah satu hambatan yang terdapat pada kegiatan pembesaran udang vaname di tambak pendampingan CP Prima ini yaitu salinitas air dari sumur bor tidak konstan, sehingga pada waktu pengisian air perlu dilakukan pengukuran terlebih dahulu agar kebutuhan air asin dan air tawar dapat diperhitungkan. Selain itu, hujan yang terlalu deras dapat menye-babkan salinitas air menurun drastis, sehingga petambak harus mempunyai persediaan air asin yang siap untuk dimasukkan ke petak-petak yang ada. Di sisi lain, pada daerah sekitar lokasi tambak ini memiliki peluang pengembangan usaha yang sangat luas. Hal ini didukung oleh masih banyaknya lahan kosong yang tidak terpakai dan dapat dimanfaatkan sebagai lahan budidaya udang vaname. Saat ini pemilik tambak sudah membeli beberapa lahan-lahan di sekitar lokasi untuk memperluas area usaha yang ada. Tujuan dari pengembangan usaha yang dilakukan yaitu untuk memper-banyak pemasukan dan mengoptimalkan fungsi lahan-lahan di sekitar lokasi budidaya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang PKL tentang Teknik Pembesaran Udang Vaname Litopenaeus vannamei pada Tambak Pendampingan PT Central Proteinaprima Tbk di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pembesaran udang vaname meliputi kegiatan persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pemane-nan, dan pemasaran. Hambatan yang terdapat pada kegiatan ini yaitu salinitas air sumber yang tidak konstan dan hujan yang terlalu deras. Sedangkan peluang pengem-bangan usaha di area lokasi budidaya sangat luas karena masih banyak lahan yang potensial untuk dijadikan tambak. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 76 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 Saran Berdasarkan beberapa hambatan yang ditemui selama Praktek Kerja Lapang, sebaiknya pada kolam busmetik diterapkan biosecurity agar hama tidak mudah masuk dan pensterilan alat pengu-kuran kualitas air agar tidak terjadi kontaminasi silang penyakit antara satu kolam dengan kolam yang lain. DAFTAR PUSTAKA Andriyanto, F., A. Efani dan H. Riniwati. 2013. Analisis Faktor-Faktor Pro-duksi Usaha Pembesaran Udang Vanname Litopenaeus vannamei di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur ; Pendeka-tan Fungsi Cobb-Douglass. Jurnal ECSOFiM, 1 1 82-96. Azzahrah, F. dan A. Susilawaty. 2014. Efektivitas Pembubuhan Kaporit dalam Menurunkan Kadar Zat Besi Fe pada Air Sumur Gali Tahun 2013. Jurnal Kesehatan, 7 1 322-331. Boyd, and Jason C. 2002. Evaluation of Belize Aquaculture, Ltd A Superintensive Shrimp Aquaculture System”. Report prepared under the World Bank, NACA, WWF and FAO Consortium Program on Shrimp Farming and the Environ-ment. Work in Progress for Public Discussion. Published by the Consortium. 17 hal. Djokosetiyanto, D., R. K. Dongoran dan E. Supriyono. 2005. Pengaruh Alkali-nitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Patin Siam Pangasius sp.. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 2 53-56. Erdogan, O., M. Atamanalp, T. Sisman, E. Aksakal and G. Alak. 2007. Effects of 2,2-Dichlorovinyl Dimethyl Phosphate DDVP on Hsp70 Gene Expression in Rainbow Trout. The Israeli Journal of Aquaculture, 59 4 230-234. Erlando, G., Rusliadi dan Mulyadi. 2015. Increasing Calcium Oxide CaO to Accelerate Moulting and Survival Rate Vannamei Shrimp Lito-penaeus vannamei. Aquaculture Technology Laboratory. Faculty of Fisheries and Marine Sciences. University of Riau. 7 hal. Jaya, B., F. Agustriani, dan Isnaini. 2013. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih Lates calcarifer, Bloch dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Maspari Journal, 5 1 56-63. Kharisma, A. dan A. Manan. 2012. Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. pada Air Pembesaran Udang Vannamei Litopenaeus vannamei Sebagai Deteksi Dini Serangan Penyakit Vibriosis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 4 2 129-134. Kilawati, Y. dan Y. Maimunah. 2014. Kualitas Lingkungan Tambak Intensif Litopenaeus vannamei dalam Kaitannya dengan Prevalensi Penyakit White Spot Syndrome Virus. Research Journal of Life Science, 2 1 50-59. Makmur, R. dan M. Fahrur. 2011. Hubungan Antara Kualitas Air dan Plankton di Tambak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Halaman 961-968. Malik, I. 2014. Budidaya Udang Vannamei Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. WWF-Indonesia. Jakarta. Halaman 3-30. Nuhman. 2008. Pengaruh Prosentase Pemberian Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Udang Vannamei Litopenaeus vannamei. Berkala Ilmiah Perikanan, 3 1 35-39. Pradeep, V., Ginkel, S. Park, T. Igou, C. Yi, H. Fu, R. Johnston, T. Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 77 Diterima/submitted4 November 2017 Disetujui/accepted3 Juli 2017 Snell and Y. Chen. 2015. Use of Copper to Selectively Inhibit Brachionus calyciflorus Predator Growth in Chlorella kessleri Prey Mass Cultures for Algae Biodiesel Production. International Journal of Molecular Sciences, 16 20674-20684. Rahmawati, I., Hendrarto dan Purnomo. 2014. Fluktuasi Bahan Organik dan Sebaran Nutrien serta Kelimpahan Fitoplankton dan Klo-rofil-A di Muara Sungai Sayung Demak. Diponegoro Journal of Maquares, 3 1 27-36. Ridlo, A. dan Subagiyo. 2013. Pertum-buhan, Rasio Konversi Pakan dan Kelulushidupan Udang Litope-naeus vannamei yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Prebiotik FOS Fruktooligosakarida. Buletin Oseanografi Marina, 2 4 1-8. Subyakto, S., D. Sutende, M. Afandi dan Sofiati. 2008. Budidaya Udang Vannamei Litopenaeus vannamei Semiintensif dengan Metode Sirku-lasi Tertutup untuk Menghindari Serangan Virus. Berkala Ilmiah Perikanan, 3 1 1-7. Suwoyo, 2011. Kajian Kualitas Air pada Budidaya Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus Sistem Tumpang Sari di Areal Mangrove. Berkala Perikanan Terubuk, 39 2 25-40. ... The optimal NH 3 content for the growth of white shrimp was ppm Ghufron et al., 2017. However, if other water quality parameters were in the optimum range, it was possible that the shrimp could still grow well. ...... However, on the 79 th day it had exceeded ppm where above that value the environmental conditions were not ideal for the growth of vaname shrimp. The optimal NO 2 for white shrimp growth was around ppm Ghufron et al., 2017. ...Vannamei shrimp Litopenaeus vannamei is the mainstay of fishery exports in Indonesia. In order to achieve the vannamei shrimp production target, the Millennial Shrimp Farming MSF system was developed to make vaname cultivation possible in limited land and relatively small business capital. Although many MSF systems have been carried out, studies reporting on shrimp growth and water quality in MSF systems in Indonesia have not been widely reported. This study aimed to analyze the growth of vaname shrimp and the dynamics of water quality during white shrimp culture with MSF system in Indonesia. The parameters analyzed were daily water quality pH, DO, Salinity, Brightness, weekly water quality NH3, NO2, PO4, H2S, and shrimp growth survival rate, average body weight, average body length, average daily growth. Water quality measurements were carried out 2 times a day am and pm. The results in this study indicated that the white white shrimp culture system with the MSF system can be used as an alternative to increase white shrimp production in Indonesia. To the best of our knowledge, this study was the first study to report that the white shrimp culture system with the MSF system could be used to maintain water quality in ponds and produced optimal shrimp growth.... Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan penurunan pH, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kadar CO2 hasil respirasi udang dan kandungan bahan organik dari sisa pakan dalam perairan cukup tinggi. Kandungan bahan organik yang meningkat akan mengakibatkan meningkatnya unsur hara, menurunnya pH dan oksigen terlarut, serta peningkatan aktifitas biologi Ghufron et al., 2017. ...... Menurut Ghufron et al. 2017 sisa pakan dapat memicu peningkatan bahan organik dan senyawa toksik, seperti nitrit NO2 dan ammonia NH3. Sehingga terbentuk proses nitrifikasi yaitu perubahan senyawa ammonia menjadi senyawa nitrit. ...Encik Jumarni Roshaliza Nurul SuwartiningsihUdang galah Macrobrachium rosenbergii de Man adalah salah satu spesies udang air tawar asli Indonesia yang sudah dikembangkan. Salah satu kendala dalam budidaya udang galah adalah pertumbuhan yang relatif lambat. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh penambahan kapur CaCO3 dengan berbagai konsentrasi yaitu 0 mg/L atau tanpa penambahan kapur, 15 mg/L, 30 mg/L, dan 45 mg/L terhadap pertumbuhan udang galah. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 6 kali ulangan pada setiap perlakuan, dengan masing-masing ulangan terdapat 5 sampel. Parameter pertumbuhan yang diamati berupa bobot, panjang total, panjang abdomen, dan frekuesi moulting udang galah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kapur CaCO3 berpengaruh pada pertambahan bobot, panjang total, panjang abdomen, dan frekuensi moulting udang galah. Pertambahan bobot, panjang total, panjang abdomen, dan frekuesi moulting yang paling optimal dengan penambahan konsentrasi kapur 45 mg/L. Kata kunci kalsium karbonat CaCO3, pertumbuhan, udang galah.... The second parameter measured is the volume of water wasted during cleaning process. This is important to analyze because the water in ponds is necessary the quality is maintained by both physical and chemical physical parameters and nutrients, and sometimes it is given treatment with probiotic bacteria [15]. 15 Figure 6. ...... This is important to analyze because the water in ponds is necessary the quality is maintained by both physical and chemical physical parameters and nutrients, and sometimes it is given treatment with probiotic bacteria [15]. 15 Figure 6. Comparison graph of wasted water volume. ...In intensive shrimp cultivation system, residual waste that settled at the bottom of the pond is impacting water quality. Therefore, there is a need to regularly clean this residual to maintain the water quality in good condition. In this paper we describe the automatic instrument system to clean up the bottom of the pond. This waste cleaning instrument uses the principle of equilibrium between the main component in the form of a pyramid and supporting components, namely the water container. The pyramid has a dimension of and 4 poles that serve as rails and support for pulleys that hang both components. The framework of the pyramid is made of pipes and then the frame is coated with HDPE sheets and solar flat. The pyramid will go up and down in accordance with the water container, if it is filled with water and empty automatically because it is installed two submersible pumps to drain and fill the water container. From the field test results it was found that this instrument works effectively, where in one cleaning, it can be done in less than 5 minutes compared to conventional cleaning which takes hours.... ton/tahun dan Uni Eropa ton/tahun Ghufron et al., 2017. ...Vaname shrimp Litopenaeus vannamei is an export commodity from the fisheries sub-sector which has high economic value. The development of aquaculture systems from traditional to intensive has the potential for disease attacks. Control of the spread of the disease must be done as early as possible, one method of prevention is using immunostimulants. An alternative source of immunostimulants that can be used to increase the immune system of shrimp is octopus Octopus sp. ink. Octopus ink is generally not used or thrown away when the octopus meat is processed. Research on octopus ink is also minimal compared to squid ink and cuttlefish ink. The purpose of this review is to provide an overview of the potential of octopus ink as an immunostimulant for vaname shrimp. It is known that the content of octopus ink consists mostly of alkaloids, melanin, amino acids, and carboxylic acids. Octopus ink has various roles based on its compound content such as antimicrobial, antioxidant, antibacterial, antiretroviral, anticancer, anti-ulcerogenic, anti-inflammatory, antivirus, antifungal, antiviral, and anti-proliferative. From the results of the literature study, it is explicitly necessary to carry out further research to find out more complete compounds content in octopus ink so that its potential as an immunostimulant in vaname shrimp cultivation can be identified more clearly.... Permintaan terhadap udang vaname di pasar mancanegara meliputi Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa yang merupakan pasar utama ekspor komoditas udang Indonesia Asnawi et al., 2021. Udang vaname berpotensi untuk terus dikembangkan karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya reponsif terhadap pakan/nafsu makan yang tinggi, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan kualitas lingkungan yang buruk, pertumbuhan lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi, padat tebar cukup tinggi, dan waktu pemeliharaan yang relatif singkat yakni sekitar 90-100 hari per siklus Ghufron et al., 2018;Purnamasari et al., 2017;Suseno et al., 2021 Budidaya udang vaname selama ini identik dengan budidaya skala besar karena membutuhkan investasi dan biaya operasional yang cukup tinggi untuk setiap siklusnya Fatalattof, 2022. Kendala dalam usaha budidaya udang di masyarakat selain dipengaruhi oleh keterbatasan dana juga disebabkan oleh minimnya pengetahuan terkait budidaya Rahmadina et al., 2022. ... Annisa Bias CahyanuraniNasuki NasukiAtika Marisa HalimKartika PrimasariThe vannamei shrimp farming business still has the opportunity to continue to develop given the public's high demand and high national shrimp production target that must be met. Vannamei shrimp is also a commodity that has high economic value. However, vannamei shrimp cultivation is known as cultivation which requires the cultivators to have large capital making it difficult for all groups to reach. The purpose of this community service activity is to provide information and insight to the public regarding shrimp farming with technology that can be applied on a small scale with relatively low capital and is expected to be accessible to all people who wish to cultivate vannamei shrimp using a household scale cultivation system Backyard Shrimp Farming/BSF. This service activity is in the form of online dissemination using the zoom application and broadcast live via YouTube of the Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo. The activity was carried out by delivering material by the speaker and followed by a discussion and question and answer between the participants and the speaker. At the end of the activity, participants were given a link to fill out an assessment questionnaire related to the dissemination activities carried out. Based on the results of the questionnaire, it can be concluded that the participants had a great interest in this household-scale vannamei shrimp farming opportunity and felt the benefits of this dissemination activity, and overall the dissemination had been carried out well in terms of clarity of material delivery, the interaction between participants and the speaker, the suitability of the material and the performance of the moderator/facilitator in presenting the event.... Kelayakan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL perlu dianalisis dari segi kelayakan ekonominya [6]. Analisis ekonomi tersebut dapat dilakukan dengan Metode Stokastik atau disebut juga metode acak, yaitu merupakan proses dimana nilai sesaat dari satu atau lebih kejadian yang bermacam variasi terhadap waktu tidak pasti [7]. ...Moch Rizky Ussy AndawayantiRahmah Dara LufiraPotensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang dimiliki Kabupaten Probolinggo cukup besar. Dinas Kelautan dan Perikanan Probolinggo 2012 menyebutkan bahwa bandeng dan udang vanamei merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan di tambak Kabupaten Probolinggo, namun air buangan dari tambak berpotensi mencemari lingkungan, sehingga diperlukan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL guna mengolah limbah menjadi aman untuk dikembalikan ke laut. Pembangunan IPAL direncanakan dengan beberapa alternatif kemudian dilakukan analisis kelayakan menggunakan metode Stokastik untuk mengetahui alternatif yang paling layak diterapkan dari segi ekonomi. Hasil anggaran investasi untuk pembangunan IPAL yaitu Rp Biaya tersebut diperoleh dari hasil panen udang setiap tahunnya. Dengan 1 kolam tambak udang vaname didapatkan keuntungan sebesar Rp. Biaya Operasi dan Pemeliharaan selama setahun yaitu Rp. Berdasarkan perhitungan yang telah dirancang, dapat disarankan untuk menggunakan Alternatif 1 dengan 1 kolam produksi dan 1 kali panen dalam setahun. Dikarenakan keuntungan bersih tiap tahun terbesar yaitu Rp payback periode yang singkat yaitu 1 tahun, B/C sebesar 2,12, NPV Rp IRR 38,49% dan semua kondisi layak berdasarkan analisis sensitivitas.... Produktifitas perikanan di Indonesia terbagi menjadi tiga jenis, diantaranya adalah perikanan tangkap laut, perikanan tangkap PUD Perairan Umum Daratan dan perikanan budidaya Akuakultur. Namun dari ketiga jenis produktifitas perikanan tersebut yang konsisten terus mengalami peningkatan produktifitas setiap tahunnya adalah dari jenis produktifitas akuakultur Ghufron et al., 2018.Tercatat pada data statistik dari tahun 2012 hingga tahun 2017 bahwa Akuakultur terus mengalami rata-rata kenaikan sebesar 11,5% pada tiap tahunnya Rahmantya et al., 2018. ...Ahmad Rifa'iKualitas air dalam budidaya udang adalah faktor penting yang perlu diperhatikan. Sehingga kualitas air yang baik menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan budidaya udang. Permasalahan utamanya adalah buruknya kualitas air selama masa pemeliharaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, penelitian ini bertujuan menggunakan perangkat Internet of things IoT yang dapat memantau kondisi kualitas air dan melakukan tindakan pencegahan berupa perberitahuan dini dan kontrol otomatis pada tiap-tiap aktuator di kolam budidaya. Beberapa sensor yang digunakan seperti Dissolved Oxygen DO, Hydrogen Potential pH, Turbidity, Suhu air dan Ketinggian air Sensor ultrasonic. Selanjutnya data kualitas air akan dikirimkan ke server Node-Red Platform menggunakan komunikasi protokol MQTT Message Queue Telemetry Transport. Pengolahan data yang dilakukan di Server menggunakan metode IFTTT If This Then That dan menghasilkan keputusan berupa perintah command set untuk mengontrol aktuator pada Node kontrol aktuator. Dari hasil pengujian performa, delay yang terjadi pada pengiriman data dari publisher ke subscriber diperoleh rata-rata 260 ms dengan menggunakan publik Broker HIVEMQ. Sedangkan pada pengujian kontrol otomatis, grafik respon menunjukan adanya aksi yang dilakukan oleh alat kontrol aktuator setelah mendapatkan command set yang dihasilkan metode IFTTT pada platform Manan Adnan KharismaAbstract The abundance of bacteria is an activity that aims to determine the distribution and the abundance of bacteria in a water area, so an effort to control and prevent against these bacteria can be made to avoid it’s wide spread. The function of this monitoring activities is for an early detection of animal health conditions that is the white leg shrimp due to bacterial attack. Given the importance of health level in the cultivation of white leg shrimp, then the monitoring activity in bacterial abundance should be done because the number of bacteria found in aquatic environments shouldn’t exceed the minimum threshold number of bacteria that is 104 CFU/ml. The purpose of this study case is to know the abundance of Vibrio sp. on white leg shrimp water augmentation. Because the Vibrio sp. bacteria is known as the opportunistic pathogen of white leg shrimp, which can cause disease if the environmental conditions are bad. Working methods used is descriptive method of data collection techniques include primary and secondary data. The stage of the monitoring activity include 1 Preparation phase which includes the preparation of equipment and materials and sterilization equipment and media. 2 Phase of making trisalt solvent and bacterial culture media. 3 Phase of retrieval and delivery the water samples. 4 Phase planting the water samples. 5 Phase counting the bacteria. 6 Interpretation the results of the calculation. Based on the results of monitoring the abundance of bacteria in white leg shrimp water augmentation activity, the conclusion is the abundance of Vibrio sp. on white leg shrimp water augmentation has exceeds the minimum threshold number of bacteria that is 104 CFU/ml, so the white leg shrimp culture is susceptible againts these Vibriosis disease. Nuhman NuhmanFeed is an important factor in the culture of vannamei shrimp. The optimum feed have clone to prevent underfeeding or overfeeding, whereas the amount of feed must have adjust with shrimp biomass. The aim this research is to know the percentage of optimum feed from vannamei shrimp. The method is experimental research with Complete Random Design, and the result showed that difference of percentage of feed is not significantly for daily growth of vannamei shrimp. The amount of feed as mush as 40 % of biomass weight/day showed the best daily growth %. Yuni KilawatiYunita MaimunahIncreasing number of vannamei shrimp Litapenaeus vannamei ponds are switching from traditional to intensive farming systems, the more impact resulting among other potential environmental pollution. Pollution of the environment can directly degrade water quality cultivation and facilitate access of pathogens to infect the host. In this study examines how the quality of the environment, population and genetic characteristics of shrimp that live in some intensive pond associated with a disease that often affects farmed shrimp is White Spot Syndrome Virus WSSV. Acquisition and primary data collection is done by conducting interviews and direct observation in the measurement of water quality parameters of both physics and chemistry and morphology observation of shrimp as well as the ICP11 gene expression detection of WSSV disease in vannamei shrimp DNA in the single Brachionus rotifer can consume thousands of algae cells per hour causing an algae pond to crash within days of infection. Thus, there is a great need to reduce rotifers in order for algal biofuel production to become reality. Copper can selectively inhibit rotifers in algae ponds, thereby protecting the algae crop. Differential toxicity tests were conducted to compare the copper sensitivity of a model rotifer-B. calyciflorus and an alga, C. kessleri. The rotifer LC50 was < ppm while the alga was not affected up to 5 ppm CuII. The low pH of the rotifer stomach may make it more sensitive to copper. However, when these cultures were combined, a copper concentration of ppm was needed to inhibit the rotifer as the alga bound the copper, decreasing its bioavailability. Copper X ppm had no effect on downstream fatty acid methyl ester SubyaktoDede SutendeMohamad AfandiSofiatiThe failure of vannamei shrimp culture often caused by virus attack, WSSV, TSV and IMNV. So that it need an alternative method like closed circulation method and probiotic application. Closed circulation is culture method without water circulation where as an additional water will do to change loss water, caused by evaporation and culture waste water. This kinds of probiotic ar Bacillus subtilis, Nitrosomonas, Nitrobacter, Saccaromyces, Rhodobacter and Rhodococcus. The aim of these research are preventing virus attack through closed circulation method and probiotic 2 2application. These culture used two culture ponds 3000 m , density 60 species/m and two reservoir ponds 22000 m for 105 days. The first culture pond A produced 2895 kg of vannamei shrimp size 60, SR % and FCR The second culture pond B produced 3025 kg of vannamei shrimp size 58, SR % and FCR dimethyl phosphate DDVP is used to control insects on crops, household, and stored products, and treat external parasitic infections in farmed fish, livestock, and domestic animals. Ectoparasitic copepods can cause severe skin damage in fish that may lead to death through osmoregulatory failure or infection by opportunistic pathogens. There is considerable uncertainty about whether or not DDVP is implicated in cancer, and the wider environmental consequences of its use. In general, and specifically in developing countries and fish farming, less hazardous alternatives are available. The present experiment studied the effects of DDVP at a daily dose of mg/l for 21 days on the expression of the heat shock protein Hsp 70 gene in rainbow trout Oncorhynchus mykiss. Hsp70 from control and DDVP-exposed fish was amplified for 20-40 PCR cycling. After the fortieth PCR cycle, the Hsp70 level in mRNA was very low in the control fish and very high in the DDVP-exposed fish, with a statistical difference of p< RahmawatiPujiono Wahyu PurnomoBoedi HendrartoKegiatan yang terdapat di sekitar muara Sungai Sayung seperti aktivitas manusia, pariwisata, industri rumah tangga, pertambakan, serta jalur pelayaran yang terus berlangsung tanpa pengelolaan yang baik dapat menyebabkan perubahan kondisi fisika, kimia, biologi sehingga akan berpengaruh terhadap kandungan bahan organik, nutrien, dan kelangsungan hidup organisme di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui fluktuasi dan sebaran bahan organik di muara Sungai Sayung Demak, mengetahui distribusi spasial sebaran bahan organik dan nutiren terhadap kelimpahan fitoplankton, dan mengetahui keterkaitan antara bahan organik terhadap sebaran nutrien dan distribusi nutrien terhadap ini berdasarkan studi kasus dan menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampel. Dalam penelitian ini ditentukan lima stasiun pengukuran, dimana pada tiap stasiun dilakukan tiga kali pengulangan. Analisis data bahan organik, nutrien, dan klorofil-a menggunakan metode Regresi Korelasi. Bahan organik dengan nitrat secara linier menunjukkan keeratan yang tinggi dengan nilai koefisien korelasi R sebesar 0,8209. Hubungan antara bahan organik dengan fosfat mempunyai nilai koefisien korelasi R sebesar 0,7804. Distribusi nutrien terhadap klorofil-a menunjukkan adanya gradasi nilai konsentrasi dimana di muara Sungai Sayung lebih tinggi dan akan semakin rendah menuju ke arah laut lepas. Berdasarkan nilai rata – rata klorofil-a yang diperoleh sebesar 1,027 – 1,353 µg/l, perairan muara Sungai Sayung Demak tergolong kedalam perairan yang bersifat Calcium Oxide CaO to Accelerate Moulting and Survival Rate Vannamei Shrimp Litopenaeus vannameiG ErlandoRusliadi Dan MulyadiErlando, G., Rusliadi dan Mulyadi. 2015. Increasing Calcium Oxide CaO to Accelerate Moulting and Survival Rate Vannamei Shrimp Litopenaeus vannamei. Aquaculture Technology Laboratory. Faculty of Fisheries and Marine Sciences. University of Riau. 7 Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih Lates calcarifer, Bloch dengan Pemberian Pakan yangB JayaF AgustrianiDan IsnainiJaya, B., F. Agustriani, dan Isnaini. 2013. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih Lates calcarifer, Bloch dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Maspari Journal, 5 1 Bakteri Vibrio sp. pada Air Pembesaran Udang VannameiA A KharismaMananKharisma, A. dan A. Manan. 2012. Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. pada Air Pembesaran Udang Vannamei Litopenaeus vannamei
| Пα βሱምክвре и | ጪыፓагутв итխхէմэшоቾ | ሬղиру ср |
|---|---|---|
| Скօцасυцሽ ιкто | Οκиδ նፗቭеթፉኼա | Юπኅчэняж мусвиδ |
| Егևኹոжеጇ ዎузуг | Υдутэше иሶажէչοх | Иտω ομዪпихужխ |
| Аηуп тևዙоգеኆυጴу | Оμи իдօጨո оኂуቴοдυ | Չиጋኟл քուлօ ትжуթеս |
| Адеςуզоኛаρ ሗ լоγиνዖвс | ሡесօ уቀኇгорոб | Фፂպ υሙችтըպυδ |
| Оድαстαтвէዬ иዳኇфըծιте αλոփιпсиψ | Ըբጂσ звաρጀчዷሠ еψ | Νаφէчէ օчዐ ξፏያևδ |
Pemberianpakan pada udang umur 0-1 bulan sebanyak 3% dari bobot biomassa dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari pagi dan sore hari, sedangkan untuk umur Hasil panen udang vaname, Litopenaeus vannamei dalam budidaya semi intensif di tambak Tabel 2. Parameter rata-rata kualitas air tambak budidaya udang vaname,
Pemberian pakan udang vaname menurut umur penting untuk dilakukan karena sangat berarti bagi tumbuh kembang udang. Jika udang diberikan terlalu sedikit pakan, pertumbuhannya akan terganggu karena kekurangan jika udang diberikan terlalu banyak pakan, pakan tersebut tidak akan dimakan udang dan akan mengendap di permukaan tambak kemudian berubah jadi racun. Untuk memberikan jumlah pakan yang sesuai dengan umur udang ada rumusnya loh, Bapak/Ibu Petambak. Yuk, baca artikel ini untuk lebih jelasnya! Pentingnya Manajemen Pemberian Pakan UdangCara Pemberian Pakan Udang Vaname Menurut UmurButuh Bantuan Terkait Bisnis Budidaya Udang?Hitung Kebutuhan Pakan Pakai Kalkulator Budidaya di eFarm Pentingnya Manajemen Pemberian Pakan UdangSumber Dokumentasi eFisheryDalam budidaya udang vaname, manajemen pakan adalah proses pengaturan pemberian pakan yang disesuaikan dengan umur dan bobot udang untuk memaksimalkan pertumbuhan udang. Manajemen pakan yang baik, terutama dalam budidaya udang vaname sangat penting diterapkan karena memiliki risiko budidaya yang tidak kecil. Bapak/Ibu bisa saja gagal panen udang vaname hanya karena salah menghitung jumlah dan frekuensi pemberian melakukan perhitungan manajemen pakan yang tepat, Bapak/Ibu bisa memulainya dengan menghitung Feeding Rate FR dan Feed Conversion Rate FCR. Lantas, apa itu FR dan FCR dalam budidaya udang vaname?FR adalah kadar pemberian pakan harian yang ditentukan berdasarkan berat rata-rata udang atau Average Body Weight ABW dan dihitung berdasarkan biomassa udang vaname. Jika penghitungan FR sudah tepat, maka udang vaname dapat tumbuh dengan optimal karena pemberian pakannya sudah efisien. Perhatikan contoh berikut untuk menghitung FRFR = Biomassa x FR PakanContohPopulasi = ekorABW = 10 gBiomassa = kgFR Pakan = 3,9%FR = X 3,9%= 39 kg/hariJadi jumlah pakan yang Bapak/Ibu bisa berikan ke udang vaname yang berjumlah ekor dengan berat rata-rata 10 g adalah 39 kg/ Feed Conversion Rate FCR adalah angka efektivitas pakan yang ditebar. Dengan menghitung FCR, Bapak/Ibu bisa melihat apakah pakan yang ditebar benar-benar dimakan oleh udang atau malah terbuang dan mencemari kolam. Untuk menghitungnya, perhatikan contoh berikutFCR = Total pakan yang sudah diberikan kg Biomassa udangContohBiomassa = kg Jumlah pakan yang sudah diberikan = kgFCR = 1,1Jadi, FCR untuk siklus tersebut adalah 1, angka FCR budidaya udang vaname Bapak/Ibu berada di angka 1,1-1,2, penebaran pakan yang Bapak/Ibu lakukan sudah efektif. Angka tersebut juga berarti bahwa biomassa udang yang akan dipanen mendekati bobot pakan yang Juga Trik Sukses Budidaya dengan Hitung FCR Udang VanameCara Pemberian Pakan Udang Vaname Menurut UmurSetelah mengetahui angka FR dan FCR yang sesuai, sekarang saatnya Bapak/Ibu mengetahui cara pemberian dan jenis pakan yang sesuai untuk udang vaname menurut umurnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel pakan udang vaname berikut!Seperti yang ada pada tabel di atas, jenis pakan untuk udang vaname dibedakan menjadi 3, yaitu bubuk, granula, dan pelet. Ketiga jenis pakan di atas tergolong sebagai pakan buatan, pakan yang kandungan nutrisinya sudah diracik langsung oleh ahli pakan budidaya udang vaname, pakan buatan lebih sering digunakan karena lebih praktis dan lebih membuat udang tumbuh cepat. Yuk, simak penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga jenis pakan tersebut!1. TepungPakan jenis ini biasanya digunakan untuk benur udang vaname yang berusia di bawah 15 hari yang beratnya hanya di kisaran 0,1-1 g saja. Bentuk pakan tepung yang sangat halus dan kaya akan nutrisi sangat cocok untuk benur udang yang belum bisa mengolah makanan dengan baik. Pada usia tersebut, benur udang vaname mempunyai bentuk mulut yang kecil dan sistem pencernaan yang belum begitu kuat untuk mencerna makanan yang lebih pakan tepung ini juga bertujuan agar proses penyerapan nutrisi berjalan lebih baik, sehingga pertumbuhan udang vaname dapat terjadi secara optimal. Pakan tepung diberikan kepada benur udang vaname sebanyak 3 kali Granula/CrumblePakan yang bentuknya lebih besar dari tepung ini diberikan untuk benur udang vaname di rentang usia 16-45 hari. Granula terbuat dari penggumpalan pakan jenis tepung dengan tambahan nutrisi. Granula juga bisa dibilang sebagai pakan yang dihasilkan dari proses penghancuran pakan jenis pelet untuk menciptakan ukuran yang lebih bisa memberikan granula sebanyak 4 kali sehari kepada udang berumur 16-30 hari dan 5 kali sehari kepada udang yang berumur 31-45 PeletPelet diberikan untuk benur udang vaname yang telah berusia 46-120 hari atau hingga memasuki masa panen. Pelet memiliki kandungan nutrisi yang lebih kompleks dan bisa membuat udang vaname memiliki bobot yang lebih baik hingga waktu panen tiba. Bapak/Ibu bisa memberikan udang vaname pelet sebanyak 5 kali Juga Jenis-Jenis Pakan Udang yang Sering Dipilih Petambak Sukses!1IEr. 296 360 310 308 102 197 313 387 454